CERPEN
UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERPEN
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Unsur
Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik
cerpen mencakup:
- Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
- Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
- Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur
dibagi menjadi 3 yaitu:
- Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
- Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
- Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur
meliputi beberapa tahap:
- Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
- Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
- Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
- Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
- Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
- Perwatakan
Menggambarkan
watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu
melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
- Tokoh
Tokoh
adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran
dalam cerita. tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:
- Tokoh Protagonis : tokoh utama pada cerita
- Tokoh Antagonis : tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama
- Tokoh Tritagonis : penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan
- Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.
Unsur
Ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur
ekstrinsik meliputi:
- Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
- Latar belakang kehidupan pengarang
- Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
HIKAYAT
UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
Pengertian Hikayat
Hikayat adalah karya sastra melayu lama yang berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, biografi, atau gabungan dari semuanya.
Ciri-ciri
Hikayat
- Isi cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris)
- Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebut fantastis
- Menggunakan banyak bahasa kiasan
- Banyak kata-kata yang sulit dipahami
- Struktur kalimatnya tidak efektif
Unsur
Intrinsik Dan Ekstrinsik Hikayat
Karya
sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun
sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti
: tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan
pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah
karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
Unsur Intrinsik
a)
Tema dan Amanat
Tema
ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor
ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema
yang tidak menonjol.
Amanat
ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya
sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan
makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya
sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya
sastra tersebut.
b)
Tokoh dan Penokohan
Tokoh
ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa
tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang
sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh
adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
Tokoh
datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau
buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat.
Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya,
kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.
Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert
ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh
ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya.
Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis
ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena
sifat-sifatnya.
Penokohan
atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa
cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara
langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh
tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak
secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau
penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.
Dialog
ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan
antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan
yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa
yang akan terjadi.
c)
Alur dan Pengaluran
Alur
disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab
akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri
atas beberapa bagian :
(1)
Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
(2)
Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
(3)
Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
(4)
Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
(5)
Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai
terungkap.
(6)
Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran,
yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran
dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak
memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang
memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran
dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang
hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam
karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus
dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa
berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang
melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa
menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran
keduanya.
d)
Latar dan Pelataran
Latar
disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi
latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam
atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan
tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah
teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e)
Pusat Pengisahan
Pusat
pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di
sini adalah privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita.
Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan
pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan
terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita.
Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia
duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
Unsur
Ekstrinsik
Tidak
ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan
secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan
seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan
mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur
yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan
pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat
seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.
NOVEL
UNSUR INTRINSIK NOVEL
a. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita
(Sudjiman,1990:79).
b. Perwatakan adalah penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1990:79).
c. Alur/plot adalah jalinan peristiwa dalam karya
sastra untuk mencapai efek tertentu.
d. Sudut pandang adalah posisi pencerita dalam membawa
kisahan, boleh jadi ia tokoh dalam ceritanya (pencerita akuan),boleh jadi pula
berada di luarnya (pencerita diaan).
e. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca/penonton/pendengar.
f. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu,
ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.
g. Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan
gagasannya melalui bahasa yang digunakannya.
UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
Merupakan unsur dari luar yang turut mempengaruhi
terciptanya karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan
masyarakat saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra.
Melalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh sedikit
gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah novel kita pun dapat
memperoleh gambaran tentang budaya dan keadaan masyarakat tertentu saat karya
itu dibuat.
Nilai-nilai dalam karya sastra dapat ditemukan melalui
unsur ekstrinsik ini. Seringkali dari tema yang sama didapat nilai yang
berbeda, tergantung pada unsur ekstrinsik yang menonjol. Misalnya, dua
novel sama-sama bertemakan cinta, namun kedua novel
menawarkan nilai yang berbeda karena ditulis oleh dua pengarang yang berbeda
dalam memandang dan menyingkap cinta, latar belakang pengarang yang berbeda,
situasi sosial yang berbeda,
dan sebagainya.
Nilai-nilai yang terkandung
a. Nilai social masyarakat, sifat yang suka
memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
b. Nilai budaya Nilai yang berkaitan dengan pikiran,
akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi
kebiasaan dan sulit diubah.
c. Nilai ekonomi Nilai yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan
(keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).
d. Nilai filsafat, hakikat segala yang ada, sebab,
asal, dan hukumnya.
e. Nilai politik, Nilai yang berkaitan dengan proses
mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.
Unsur intrinsik
Tokoh, Perwatakan, Plot, Tema, Sudut pandang, Amanat,
Latar, Gaya bahasa
Unsur Ekstrinsik
Biografi pengarang, Kondisi Sosial, Politik,
Filsafat,dsb
DRAMA
Pengertian Drama
Drama merupakan karya sastra yang di tulis dalam bentuk percakapan atau dialog
yang dipertunjukkan oleh tokoh di atas pentas di hadapan para penonton. Drama
adalah karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan dengan
menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Drama memiliki
beberapa ciri, diantaranya:
- Berbentuk dialog
- Ada pelakunya
- Untuk dipentaskan
- Ada penontonnya
Unsur
Intrinsik Drama
1.
Tema
Tema adalah ide dasar atau pijakan pokok penggambaran cerita. Tema drama yang
baik harus berdasarkan pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dipahami benar oleh penulis dan mudah diterima oleh pembaca naskah
drama atau penonton pertunjukan drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik
dalam plot melalui tokoh-tokohnya. Tema digali oleh pengarang melalui renungan
mendalam atas pengalaman jiwanya, kemudian dituangkan dalam dialog-dialog yang
tepat dan kuat. . Tema drama misalnya tentang kehidupan, persahabatan,
kesedihan, kemiskinan, dan lain sebagainya.
2.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam drama adalah pemegang peran dalam drama. Tokoh-tokoh drama disertai
penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan
keadaan kejiwaannya. Sesuai perannya dalam jalan cerita, tokoh drama dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
·
Tokoh Utama (Protagonis) yaitu tokoh yang memiliki
kehendak tertentu dalam cerita. Biasanya kehendak yang baik atau kabijakan.
Oleh sebab itu, tokoh ini disebut sebagai tokoh karakter baik.
·
Tokoh Penentang (Antagonis) yaitu tokoh yang menentang
kehendak tokoh utama. Tokoh ini sering disebut sebagai tokoh berkarakter jahat.
·
Tokoh Penengah (Tritagonis) yaitu tokoh yang perannya
menengahi pertikaian antara tokoh utama dan tokoh penentang.
Ada
tiga jenis tokoh bila dilihat dari sisi keterlibatannya dalam menggerakan alur,
yaitu:
- Tokoh sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan alur. Tokoh sentral merupakan pusat cerita, penyebab munculnya konflik.
- Tokoh bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap prkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu.
- Tokoh latar merupakan tokoh yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap pengembangan alur. Kehadirannya hanyalah sebagai pelengkap latar, berfungsi menghidupkan latar.
Secara
keseluruhan tokoh terdiri atas sepuluh ragam, yaitu
1.
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh
dibagi menjadi:
- Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
- Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
2.
Jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dapat dibedakan menjadi:
- Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh yang taat norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro 2004: 178). Identifikasi tokoh yang demikian merupakan empati dari pembaca.
- Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat. Tokoh ini juga mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu, sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat.
3.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
- Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja, bersifat datar dan monoton.
- Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.
4.
Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita,
tokoh dibedakan menjadi:
- Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd & Lewis, dalam buku Teori Pengkajian Fiksi 1994: 188).
- Tokoh berkembang adalah tokoh yang cenderung akan menjadi tokoh yang kompleks. Hal itu disebabkan adanya berbagai perubahan dan perkembangan sikap, watak dan tingkah lakunya itu dimungkinkan sekali dapat terungkapkannya berbagi sisi kejiwaannya.
5.
Bedasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia
dalam kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
- Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih ditonjolkan kualitas kebangsaannya atau pekerjaannya Altenbernd & Lewis (dalam Nurgiantoro 2002: 190) atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili.
- Tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi dalam cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
Penokohan adalah pemilihan nama tokoh, watak, dan peran yang ditampilkan.
Penokohan harus sesuai dengan tema, amanat, latar penceritaan agar tidak
terkesan janggal. Sebagai proyeksi realita, penokohan dan perwatakan hendaklah
wajar dan alamiah. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis
kalimat, dan ungkapan yang digunakan. Juga dapat dilihat pada dialog, tingkah
laku, cara berpakaian, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu berhubungan dengan
tokoh-tokoh lainnya.
3. Dialog
Dialog adalah percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam drama. Dialog dapat melancarkan cerita atau lakon dan mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain dan berfungsi dalam menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita tersebut. Dialog dapat disebut sebagai nyawa cerita dan dialog yang terlalu panjang, tidak jelas, tanpa ekspresi, hafalan dan kata-katanya kurang berisi, jelas akan merusak drama. Kekuatan kata, vokal, dan ekspresi sangat penting. Oleh sebab itu, dialog dalam drama harus memenuhi dua tuntutan penting, yaitu dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya, dan dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari.
Selain dialog, dalam drama juga dikenal istilah monolog (adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri; pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri), prolog (pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan), dan epilog (bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari atau kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disajikan).
4. Plot/alur
Plot/alur adalah rangkaian peristiwa dalam konflik yang dijalin dengan saksama dan menggerakan jalan cerita. Sebuah alur cerita juga harus menggambarkan jalannya cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir (penyelesaian). Alur cerita terjalin dari rangkaian ketiga unsur, yaitu dialog, petunjuk laku, dan latar/setting. Jalan cerita lebih menarik apabila tidak bisa ditebak sebelumnya oleh pembaca atau penonton, sehingga mereka mengikutinya sampai selesai.
Dalam alur terdapat bagian terpenting, yaitu klimaks atau puncak ketegangan konflik. Klimaks harus tajam, agar misi drama tercapai. Drama yang datar tidak menarik. Adapun bagian-bagian plot (unsur pembentuk alur) drama sebagai berikut:
3. Dialog
Dialog adalah percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam drama. Dialog dapat melancarkan cerita atau lakon dan mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain dan berfungsi dalam menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita tersebut. Dialog dapat disebut sebagai nyawa cerita dan dialog yang terlalu panjang, tidak jelas, tanpa ekspresi, hafalan dan kata-katanya kurang berisi, jelas akan merusak drama. Kekuatan kata, vokal, dan ekspresi sangat penting. Oleh sebab itu, dialog dalam drama harus memenuhi dua tuntutan penting, yaitu dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya, dan dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari.
Selain dialog, dalam drama juga dikenal istilah monolog (adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri; pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri), prolog (pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan), dan epilog (bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari atau kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disajikan).
4. Plot/alur
Plot/alur adalah rangkaian peristiwa dalam konflik yang dijalin dengan saksama dan menggerakan jalan cerita. Sebuah alur cerita juga harus menggambarkan jalannya cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir (penyelesaian). Alur cerita terjalin dari rangkaian ketiga unsur, yaitu dialog, petunjuk laku, dan latar/setting. Jalan cerita lebih menarik apabila tidak bisa ditebak sebelumnya oleh pembaca atau penonton, sehingga mereka mengikutinya sampai selesai.
Dalam alur terdapat bagian terpenting, yaitu klimaks atau puncak ketegangan konflik. Klimaks harus tajam, agar misi drama tercapai. Drama yang datar tidak menarik. Adapun bagian-bagian plot (unsur pembentuk alur) drama sebagai berikut:
- Eksposisi (pelukisan awal), yaitu bagian cerita yang bertujuan memperkenalkan cerita, tokoh, dan latar drama agar penonton memperoleh gambaran drama yang ditontonnya.
- Konflik, yaitu keadaan di mana tokoh terlibat dalam suatu pokok permasalahan. Pada bagian inilah awal mula terjadinya insiden pertikaian.
- Komplikasi (pertikaian), yaitu bagian cerita yang mengisahkan persoalan baru sebagai akibat konflik antartokoh.
- Klimaks (puncak ketegangan), yaitu peristiwa puncak atau puncak konflik.
- peleraian, yaitu tahap peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian.
- Penyelesaian (happy ending/akhir bahagia, sad ending/ akhir sedih), yaitu tahap akhir suatu cerita.
Ada dua penyelesaian dalam alur cerita yaitu terbuka dan tertutup. Selesaian
terbuka diserahkan kepada penonton. Dan selesaian tertutup adalah selesaian
yang diberikan oleh pengarang/sastrawan. Dilihat dari urutan peristiwanya
alur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alur maju (progresif), alur mundur
(regresif), dan alur gabungan/campuran (progresif-regresif). Namun, dalam alur
sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah ceita seperti yang
dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing cerita dari awal
hingga tuntas. Jadi, sudah pasti alur dalam drama itu adalah alur maju. Dalam
alur, juga dikenal istilah sekuen. Sekuen yaitu ringkasan yang di buat pada
bagian cerita. Hal ini dapat terjadi pada saat ada perubahan, seperti perubahan
waktu, perubahan tempat, perubahan cerita, dan lain sebagainya.
5.
Latar/setting
Latar/setting adalah keterangan atau gambaran tentang tempat/ruang, waktu, dan suasana berlangsungnya peristiwa dalam drama. Latar drama sesuai dengan jalan cerita dan dipilih yang mudah dipentaskan agar tetap sepeti latar aslinya. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu, yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995:17). Kualitas latar drama perlu didukung oleh benda-benda atau perabot dan bahasa yang digunakan.
6. Petunjuk Laku
Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku.
7. Amanat
Amanat/pesan adalah ajaran moral/pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca/penonton melalui karyanya. Amanat merupakan nilai implisit dalam cerita yang harus di cari penonton. Amanat dalam drama bisa diungkapkan secara langsung (tersurat) dan bisa juga tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat). Drama yang baik hendaknya mengandung pesan kemanusiaan, sehingga mampu mengembalikan manusia kepada sifat-sifat kebaikannya.
Unsur Ekstrinsik Drama
Menurut Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik pada karya sastra merupakan wujud murni pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Adapun unsur ekstrinsik dalam drama terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Nilai Sosial-budaya adalah nilai yang berkaitan dengan norma yang ada di dalam masyarakat. Nilai sosial-budaya ini berhubungan dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-nilainya pun berkembang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi pada manusia.
Latar/setting adalah keterangan atau gambaran tentang tempat/ruang, waktu, dan suasana berlangsungnya peristiwa dalam drama. Latar drama sesuai dengan jalan cerita dan dipilih yang mudah dipentaskan agar tetap sepeti latar aslinya. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu, yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995:17). Kualitas latar drama perlu didukung oleh benda-benda atau perabot dan bahasa yang digunakan.
6. Petunjuk Laku
Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku.
7. Amanat
Amanat/pesan adalah ajaran moral/pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca/penonton melalui karyanya. Amanat merupakan nilai implisit dalam cerita yang harus di cari penonton. Amanat dalam drama bisa diungkapkan secara langsung (tersurat) dan bisa juga tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat). Drama yang baik hendaknya mengandung pesan kemanusiaan, sehingga mampu mengembalikan manusia kepada sifat-sifat kebaikannya.
Unsur Ekstrinsik Drama
Menurut Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik pada karya sastra merupakan wujud murni pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Adapun unsur ekstrinsik dalam drama terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Nilai Sosial-budaya adalah nilai yang berkaitan dengan norma yang ada di dalam masyarakat. Nilai sosial-budaya ini berhubungan dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-nilainya pun berkembang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi pada manusia.
2. Nilai
Moral adalah nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti/susila atau
baik buruk tingkah laku.
3.Nilai Agama/religius adalah nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai Ekonomi adalah nilai yang berkaitan dengan perekonomian.
3.Nilai Agama/religius adalah nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai Ekonomi adalah nilai yang berkaitan dengan perekonomian.
semoga bermanfaat............................................
2 komentar:
terima kasih
Terima kasih
Posting Komentar